Kemenag Papua: Tahun Baru Saka Yang Menginspiratif

Kemenag Papua: Tahun Baru Saka Yang Menginspiratif

Nabire, Infomas- Tahun baru saka, merupakan hari yang istimewa bagi umat hindu, baik di Jawa, Bali bahkan sampai Papua yang merupakan pulau terujung timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di Kabupaten Nabire di laksanakan ritual menjelang Nyepi seperti di daerah-daerah lain, tetapi di Nabire menjelang Hari raya Nyepi tanpa di hadiri Ogoh-ogoh yang identik dengan Hari Raya Nyepi di daerah-daerah lain.

Di tahun 2014, tahun baru saka 1936 yang jatuh pada tanggal 31 Maret dan bertepatan menjelang pesta demokrasi di Indonesia, hal ini sagat bermakna bagi umat hindu terutama di Kabupaten Nabire Provinsi Papua.

Berkaitan dengan sejarah tahun saka. Dahulu di India terdapat banyak suku dan salah satunya suku Saka. Pada jaman itu sering terjadi peperangan antar suku untuk mendapatkan kekuasaan tertinggi. Peperagan saling memperebutkan kekuasaan itu berlangsung lama, sehingga dengan perkembangan jaman, suku saka mulai memutar arah perjuangannya, yang dahulu harus berperang dengan suku yang berkuasa, tetapi suku saka malah melajar ilmu perbintangan dan astronomi untuk kesejahtraan sukunya.
Kemenag Papua: Tahun Baru Saka Yang Menginspiratif
Hal terbukti, bahwasanya suku saka mulai sejahtra, baik dari segi ekonomi, keilmuan dan sosialnya. Sehingga suku-suku yang awalnya terus berperang memperebutkan kekuasaan, kini mereka mengikuti jejak suku saka yang lebih mengutamakan kesejahtraan baik dari segi ekonomi, maupun sosial. Begitu juga perayaan tahun baru saka 2014 yang bertepatan dengan menjelang pemilihan legislatif di semua tingkatan. Maka umat Hindu terutama di himbau untuk bijak dan lebih arif dalam memilih wakil-wakil rakyat yang mengutamakan kesejahtraan rakyat, dan bukan mengutamakan kesejahtraan pribadi. Papar I Wayan Putru Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Kabupaten Nabire.

Wayan menambahkan. “pelaksanaan catur brata penyepian yang harus dilaknasakan antara lain amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelangunan. Empat hal tersebut tidak semata-mata hanya di laksanakan, melainkan perlu di maknai, yang pertama amati geni, yang arti geni adalah api, maka kalau api dapur di rumah kita masing-masing tidak menyala, otomatis tidak memasak, maka kita di wajibkan berpuasa. Berpuasapun tidak hanya menahan lapar, melainkan menahan kejolak yang ada dalam diri kita”.

Begitu juga dengan amati karya yang tidak boleh bekerja, tidak boleh berpergian agar kita di rumah atau di pura itu lebih konsentrasi untuk intropeksi diri, dan tidak boleh melakukan hiburan yang semata hanya dapat menghibur saat itu saja. Acara berlangsung pada hari senin 31/03 jam 11.00 dengan jumlah anggota 120 orang dari 5 pura yang berada di kabupaten nabire dan kegiatan dipusatkan di pura agung Puja Dewata SP1 selanjutnya kembali ke pura masing-masing, acara berjalan aman tentram dan sejahtera. (Boma/Diantoro/edi). Kemenag Papua: Tahun Baru Saka Yang Menginspiratif

Comments