H. Samsudin: Usaha Untuk Mencapai Keluarga Sakinah, Mawaddah Warrahmah

Karimun (Humas) - Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kabupaten Karimun, Rabu (11/11/2015) kembali melaksanakan Kursus Pra Nikah dan dilaksanakan di aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun. Kursus Pra Nikah angkatan  kedua ini diikuti sebanyak 21 pasang calon pengantin.

H. Samsudin salah satu narasumber dalam kegiatan Kursus Pra Nikah tersebut menyampaikan beberapa nasehat bagaimana usaha untuk mencapai Keluarga yang Sakinah Mawaddah Warrahmah
“Dalam memilih Jodoh, Rasulullah mengajarkan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
 
“Wanita dinikah karena 4 perkara ; karena harta, keturunan, kecantikan dan agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya engkau akan beruntung (HR. Bukhari Muslim)

Pilar-pilar keluarga sakinah, jelas H. Samsudin menurut beberapa hadits Nabi Muhammad SAW, pilar –pilar keluarga sakinah adalah sebagai berikut : Memiliki kecenderungan pada agama, Suami / Isteri yang setia, Anak-anak yang berbakti, Yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menyayangi yang muda, Lingkungan Sosial yang sehat, Santun dalam bergaul, Selalu introspeksi, Sederhana dalam belanja.

“Adapun kiat-kiat dalam membina rumah tangga yang sakinah ada lima, pertama, menghiasi rumah tangga dengan nilai agama. Kedua, menyisihkan waktu untuk kebersamaan, karena jalinan hubungan batin sangat diperlukan bagi pasangan suami isteri. Ketiga, menciptakan komunikasi yang baik, karena dengan dengan komunikasi yang baik, segala problem dan unek-unek dapat dikeluarkan sehingga dapat dicarikan solusinya. Keempat, menumbuhkan rasa saling menghargai, karena suami isteri yang merasa hilang harga dirinya atau tidak dihargai hidupnya merasa tertekan dan terisolasi. Dan kelima, mewujudkan keutuhan, ini artinya pihak masing-masing (suami-isteri) harus siap mengantisipasi beragam problem keluarga dengan pikiran jernih, mental sehat dan tahan emosi, saling memaafkan, bersabar, introspeksi diri, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.”terangnya.

Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah ini juga menjelaskan bagaimana mewujudkan keharmonisan hubungan suami isteri yakni dengan adanya saling pengertian, saling menerima apa adanya, saling melakukan penyesuaian diri, saling memupuk rasa cinta, melaksanakan asas musyawarah, saling memaafkan dan berorientasi solusi dan mempunyai kebersamaan untuk kemajuan dan kebaikan bersama .

“Ada 7 mutiara untuk menuju kebahagiaan rumah tangga, pertama Kapal (Rumah Tangga)  Yang Kokoh, agar tidak macet dalam perjalanan, yaitu rumah tangga yang didasari  atas  dasar taqwa, cinta kasih, suka sama suka. Kedua, Mesin Yang Betul-Betul Baik.  Hati sebagai mesin yang bagus, artinya suami isteri  harus  punya tujuan yang sama. Rumah tangga bukan hanya sekedar melepas hawa nafsu  birahi, melainkan harus memiliki tujuan untuk mencetak generasi-generasi bangsa  yang baik, kuat dan tangguh, serta bertaqwa kepada Allah swt.” Jelasnya.

Yang Ketiga, lanjut H. Samsudin, Bahan Bakar Yang Cukup Dan Memadai. Akhlak sebagai bahan bakar. dalam berumah tangga, apabila hanya berbekal  cinta dan perasaan saja, tanpa dibarengi dengan akhlak  mulia, jangan berandai-andai untuk dapat menguasai medan  perjuangan yang berat itu. Akhlak adalah pondasi utama dalam beragama. Keempat, Membawa Peta Dan Kompas  Sebagai Pedoman Perjalanan Agar Tidak Sesat  Dalam Perjalanan. Al-quran adalah peta dan kompas, bacalah al-quran dan kemudian kembalikan kepada Allah SWT.  ingat kepada Allah adalah obat sedangkan ingat kepada manusia  penyakit.

“Yang kelima, Membawa Peralatan Yang Memadai. Nasehat adalah peralatan yang harus dibawa  dalam perjalanan berumah tangga. agama adalah nasehat, maka kembali kepada ajaran agama islam  dalam menghadapi setiap persoalan, sehingga mudah terselesaikan. Keenam, Nahkoda Yang Pandai. Suami sebagai nakhoda yang lihai,  suami harus pandai memainkan peranan, dapat menjadi panutan, cerdas melihat situasi, agar penumpang, dalam hal ini isteri  yang bersamanya menjadi aman dan nyaman. Dan terakhir, Membawa Bekal Yang Cukup Dalam Perjalanan. Kepasrahan  sebagai bekal yang cukup. dalam menjalani kehidupan berumah tangga, kita harus banyak berusaha (bekerja) dan berdoa. usaha tanpa doa akan sia-sia, begitu pula sebaliknya  doa tanpa bekerja adalah  mimpi atau angan-angan belaka.” Pungkasnya.

Comments