Ka. KUA Diminta Merubah Mindsetnya Menjadi Excellent

Karimun (Humas) –Kasi Kepenghuluan dan Pemberdayaan KUA Kanwil Kemenag Kepri Drs. H. M. Syafii, MPd.I di depan Ka. KUA Kecamatan se-Kabupaten Karimun untuk merubah mindsetnya menjadi excellent agar bisa memberikan pelayanan yang excellent pula.

Hal ini disampaikannya saat menyampaikan materi Optimalisasi Manajemen Pelayanan Nikah Rujuk Berbasis Aplikasi Simkah dalam kegiatan Pembinaan Peningkatan Mutu Pelayanan Nikah dan Rujuk pada Kantor Urusan Agama Kecamatan tahun 2015, Jumat (27/11/2015) bertempat di Aula Kantor Kemenag Karimun.

“Realitas pelayanan pada KUA kecamatan dapat dilihat dalam beberapa kategori tingkat capaian layanan, yakni Amat baik atau excellent, Baik atau hight, Cukup atau middle dan Rendah atau low,” terangnya.

Selanjutnya ia menjelaskan bahwa sangat sedikit realitas pelayanan pada KUA kecamatan yang berada pada tataran baik (hight), apalagi untuk tataran amat baik (exellent). 

“Umumnya realitas pelayanan KUA kecamatan masih berada pada tataran cukup (middle) dan rendah (low). Karena itu perlu perubahan yang maksimal untuk dapat mencapai tataran capaian layanan yang lebih tinggi. Perubahan tersebut harus diawali dengan perubahan mindset dari kepala KUA.” Tegasnya.

Mindset, jelasnya adalah kepercayaan-kepercayaan yang mempengaruhi sikap seseorang; sekumpulan kepercayaan atau suatu cara (pola) berfikir yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap dan masa depan seseorang. 

“Mindset bisa juga dipahami sebagai sikap mental tertentu atau watak yang menentukan respons dan pemaknaan seseorang terhadap situasi.” Terangnya.

Mindset, katanya lagi disebut juga dengan pola pikir. Pola adalah bentuk atau patron atau model atau juga cara. Dengan demikian pola pikir itu sebenarnya adalah bentuk pikir atau cara kita berpikir yang disebut “Mindset."

“Dengan demikian mindset atau pola pikir itu : adalah kepercayaan (belief) atau sekumpulan kepercayaan (set of biliefs) atau cara berpikir yang mempengaruhi prilaku (behavior) dan sikap (attitude) seseorang yang akhirnya menentukan level keberhasilan (nasib) hidupnya.” Terangnya.

“Perubahan mindset sebenarnya untuk bergerak kearah kemajuan dan yang lebih baik tidak saja diawali dengan perubahan mindset, juga diiringi dengan perubahan budaya kerja atau culture set.” Tambahnya. 

Ia selanjutnya menjelaskan ada 12 perubahan mindset dalam pelayanan, yakni :

1.    Dari sekedar rutinitas biasa kepada inovasi dan kreasi
2.    Dari sekedar pengetahuan turun temurun menuju pengetahuan yang berbasis kompetensi
3.    Dari birokrasi yang rumit dan berbelit kepada birokrasi yang sederhana
4.    Dari pelayanan berbiaya tinggi menuju pelayanan minim biaya
5.    Dari pelayanan yang membutuhkan waktu tak tentu menjadi pelayanan yang terukur
6.    Dari pelayanan yang tidak transparan menjadi transparansi pelayanan
7.    Dari pelayanan yang berbasis manual menjadi pelayanan berbasis IT
8.    Dari suasana pelayanan yang gersang menuju pelayanan yang nyaman
9.    Dari pelayanan yang kaku menjadi pelayanan yang ramah
10.    Dari pelayanan yang individual menjadi pelayanan kolektif
11.    Dari perencanaan yang tidak terjadwal menuju perencanaan yang lebh baik dan prediktif
12.    Dan lain-lainnya yang menunjukkan adanya perubahan ke arah yang lebih maju dan lebih baik.

“Beberapa contoh paradigma lama yang harus diganti dengan paradigma baru dalam pelayanan adalah menunggu perintah, pasif, mohon petunjuk dan arahan, mencari dan memilih teman , sikap tertutup dan nurut, menghindari beda pendapat, disiplin mati, cepat merasa puas serta acuh dan masa bodoh.” Terangnya.

Semua paradigama atau mindset lama tersebut, jelasnya lagi harus dirubah menjadi, melakukan terobosan, proaktif dan penuh inisiatif, berani ambil resiko , sikap terbuka, kreatif, berani berbeda pendapat, mencari alternatif, prestasi excellent, dan tidak mudah puas.

“Dalam dunia kerja, terkadang kita hanya asyik melakukan yang kita anggap benar, Kita merasa yang kita lakukan adalah excellent, dan merasa bahwa kita sudah paling ahliatau expert di bidang yang kita lakukan, kemudian mulai merasa seperti berdiri di atas angin dan meminta apa saja yang menjadi kehendak kita. Ini menjadikan kita seperti seekor jangkrik yang bersuara paling nyaring di kandangnya atau seperti katak dalam tempurung. Dan ketika kita ditandingkan dengan orang lain ternyata kita belum ada seujung kuku pun, ibarat sekali pukul langsung K.O!!!” tegasnya.

Karena itu ia berpesan kepada Kepala KUA Kecamatan jangan menjadi katak dalam tempurung tapi keluar, lakukan perubahan, studi banding, jangan merasa paling hebat, dan jangan otoriter.

Mindset terangnya lagi harus disesuaikan untuk tujuan. Jika ingin menjadi pengusaha, maka mindset harus diatur untuk menjadi pengusaha, jika ingin menjadi polisi maka mindset anda diatur sebagai polisi, jika ingin menjadi orang sukses maka aturlah dengan mindset orang sukses. 

“Jika ingin menjadikan Kepala KUA Kecamatan yang bertaraf excellent, maka aturlah mindset KUA menjadi yang ecellent !.” tegasnya.

Comments