Manajemen Konflik Keluarga Bersama Hj. Mitrayati, S.Sos, MMP

Karimun (Humas) - Kemampuan untuk mengelola konflik bagi mereka yang berkeluarga sangat penting untuk diketahui, agar dapat mengantisipasi kemungkinan konflik yang berakhir dengan kekerasan. Konflik dalam keluarga biasa terjadi dalam kehidupan sehari hari, tetapi konflik jika dibiarkan tanpa ada penanganan yang baik maka akan menjadi bibit perpecahan dalam keluarga, lebih jauh lagi akan berujung pada perceraian.

Demikian penjelasan Hj. Mitrayati,, S.Sos, MMP saat menyampaikan materi tentang Manajemen Konflik Keluarga kepada 17 pasang calon pengantin yang sedang mengikuti kursus Pra Nikah yang diselenggarakan oleh Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kabupaten Karimun, Rabu (18/11/2015) .

“Untuk itu, setiap individu dalam keluarga perlu mengetahui bagaimana cara mengelola konflik itu sendiri. Pada kesempatan ini akan dibahas cara-cara penanganan konflik menyangkut pengertian manajemen konflik, konflik dalam keluarga, sumber-sumber konflik dan tahapan manajemen konflik.” Ungkapnya.

Konflik, jelas Hj. MITRAYATI adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan dan dapat menekan perasaan individu karena adanya dua hal atau obyek, kebutuhan, keinginan, kekuatan, kecenderungan ataupun tujuan yang berbeda atau bertentangan yang timbul pada saat yang sama.

“Sedangkan Manajemen Konflik adalah kemampuan individu untuk mengelola konflik-konflik yang dialaminya dengan cara yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi negatif pada kesehatan jiwanya maupun keharmonisan keluarga.” terangnya.

Penyebab konflik dalam keluarga, masih menurut Hj. MITRAYATI diantaranya karena kurangnya saling pengertian, kurangnya saling percaya, kurangnya saling terbuka, kurang komunikasi yang efektif dan kurang saling menghargai.

“Adapun sumber konflik juga bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya, penghasilan, anak, kehadiran keluarga besar, hubungan seksual, keyakinan agama dan komunikasi.” Jelasnya lagi.
Terakhir ia menjelaskan beberapa tahapan dalam Manajemen Konflik di keluarga, yakni tahapan primer, tahapan sekunder dan tahapan tersier.

“Tahap primer  merupakan tahap pencegahan terhadap terjadinya konflik keluarga. Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh suami-suami ndengan mempererat hubungan dan komunikasi antara suami dan istri. Suami dan Istri harus saling terbuka, menghargai pendapat satu sama lain, selalu memanfaatkan waktu luang bersama, jika ada masalah, segera komunikasikan dengan pasangan untuk dicarikan solusi.

Tahap sekunder, lanjut  Hj. Mitrayati, adalah tahap sudah terjadi konflik dan cara mengatasinya dengan kompromi, musyawarah untuk mencari jalan keluar terbaik dengan win-win solution.

“Hasil kompromi harus semua menang, tidak ada yang dikalahkan. Dan disaat in,i sikap ego merasa benar sendiri dan sikap mau menang sendiri harus dihilangkan. Jika tidak menyelesaikan berdua maka bisa mencari bantuan pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan masalah seperti konselor perkawinan.” Pesannya kepada calon pengantin.

“Dan terakhir adalah tahap tersier setelah konflik teratasi, maka suami dan istri harus berusaha untuk mencegah terjadi konflik yang sama dimasa yang akan datang.” Pungkasnya.

Comments