Pandeta Kasman: Ada Empat Macam Manussa

Karimun (Humas) – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun melalui Penyelenggara Buddha, Senin (7/12/2015) menyelenggarakan kegiatan pembinaan siswa Sekolah Minggu Buddha. Kegiatan pembinaan siswa Sekolah Minggu Buddha se-Kabupaten Karimun tahun 2015 ini berlangsung di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun dan diikuti sebanyak 35 peserta.

Pandeta Kasman, BA, Kepala Sekolah Minggu Buddha di Vihara Dharma Shanti  Kundur sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut menyampaikan materi tentang  Membangun Manusia Susila

“Kita harus mengetahui arti kata manusia, dimana kata “Manusia” berasal dari kata Manussa,  Mana artinya pikiran, kesadaran atau batin Ussa artinya yang telah maju dan berkembang jadi manusia adalah makhluk yang pikiran atau batinnya telah maju dan berkembang.” Jelas Kasman.

Selanjutnya ia menjelaskan ada Empat Macam Manussa, yakni Manussa-Naraka yakni Manusia Neraka, Manussa-Peta yakni Manusia Setan, Manussa-Tiracchana yakni Manusia Binatang, Manussa-Manussa yakni Manusia Manusia.

“Manussa-naraka adalah manusia yang senang membunuh mahkluk, seperti berburu, penjagal, algojo, perbuatannya selalu berdasarkan kebencian ( Dosa ). Manussa-peta adalah manusia yang tidak senang berbuat kebajikan, senang melayani nafsu indera, perbuatannya selalu berdasarkan ketamakan (Lobha).” Jelasnya.

Adapun Manussa-thiracchana, lanjut Kasman adalah manusia yang tidak kenal kebajikan dan kejahatan, keras hati, sombong, senang bicara kasar dan jorok, tidak berbakti pada orang tua, tidak akur dengan saudara, perbuatannya selalu berdasarkan kebodohan batin (Moha)

“Sementara Manussa-manussa adalah manusia yang mengetahui yang mana baik dan buruk, yang mana patut dilakukan dan tidak dilakukan, yang berfaedah dan tidak berfaedah, mempunyai rasa malu berbuat jahat dan takut akan akibat dari perbuatan jahat, selalu berjalan di atas jalan ajaran agama.” Tambahnya.

Manusia Susila, jelasnya lagi adalah manusia yang dapat melaksanakan sila dengan baik dan benar. Sila merupakan pondasi untuk membangun sebagai manusia susila.

Sila diajarkan Sang Buddha sewaktu menjabarkan tentang Empat Kebenaran Mulia
(Cattari Ariya Saccani). Ciri Sila Ketertiban dan Ketenangan Dengan mengendalikan perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran.

“Fungsi Sila ini  adalah menghancurkan kelakukan yang salah dan menjaga agar orang tetap tidak bersalah.” Terangnya.

Wujud Sila Kesucian (Soceyya), jelas Pandeta Kasman lagi tercermin dalam perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran.  Sebab terdekat Sila adalah Hiri dan Ottapa Pelindung dunia (Lokapaladhamma)

Di dalam Maha Parinibbana Sutta Sang Buddha menguraikan pahala dari sila yaitu Sila menyebabkan seseorang memiliki banyak harta kekayaan, nama dan kemasyhurannya akan tersebar, tidak merasa takut kemana pun pergi, sewaktu meninggal dunia, hatinya akan tenteram dan akan terlahir di alam surga.

Dalam Anguttara Nikaya V.1 Faedah dari Sila adalah tiada penyesalan dari tujuan dan buahnya dan dalam Majjhima Nikaya I,33 Faedah dari Sila adalah dicintai, dihormati, dan dihargai orang lain.

Comments