Pemuda Buddhis Harus Berperan Dalam Kelestarian Ajaran Buddha

Karimun (Humas) – Masyarakat Buddhis, khususnya kelompok para perumah tangga memiliki anggapan bahwa kewajiban untuk menjaga dan melestarikan ajaran Buddha hanya merupakan tugas dari kelompok Pabbajita atau para Dhammaduta. Hal ini disebabkan oleh minimnya pemahaman tentang pentingnya peranan masyarakat Buddhis dalam pelestarian ajaran Buddha.

“Generasi muda Buddhis juga mempunyai tanggung jawab moral untuk melestarikan Buddha-Dharma. Jadi bukan hanya tugas dari Pabbajita, Dhammaduta, Bhikku atau guru agama Buddha.” Ungkap Ketua Magabudhi PC Kota Batam PMy. Suwarno, St. MM, Sabtu (12/12/2015) pada acara pembinaan kepada pemuda dan pemudi Buddhis yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Buddha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun di Aula Kankemenag Karimun.

Untuk diketahui penganut Buddha dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok utama sesuai dengan pengikutnya yaitu (1) ajaran untuk para bhikkhu (tanpa rumah tangga), dan (2) ajaran untuk perumah tangga.

Anjuran untuk melestarikan ajaran Buddhaini lanjut Pandita Madya Suwarno  bisa dilihat dari visi dan misi Sangha yang mengajarkan: “Pergi jauhlah, demi kebaikan orang banyak, demi kebahagiaan orang banyak, demi welas-asih bagi dunia, demi kesejahteraan, demi kebajikan dan kebahagiaan dewa dan manusia. Janganlah dua darimu mengambil jurusan yang sama. Ajarkanlah Dhamma yang indah pada awalnya, pada pertengahannya dan pada akhirnya. Permaklumkan isi dan semangat kehidupan suci nan murni sempurna dan lengkap terisi.”

“Salah satu wujud peran generasi muda Buddhis dalam melestarikan ajaran Buddha adalah dengan menjalankan 5 Sila Latihan Kemoralan atau lebih dikenal dengan Pañca-śīlā Buddha, yakni pertama tidak membunuh mahluk hidup, kedua tidak mencuri, ketiga tidak berbuat asusila, keempat tidak berucap bohong, kelima tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang dapat melemahkan kesadaran,” pesan Pandita Suwarno yang kini berdomisili di Batam.

Untuk melestarikan ajaran Buddha, lanjut Pandita Suwarno para generasi muda harus terlebih dahulu mempelajari Dhamma.

“Dalam mempelajari Dhamma ada beberapa tahapan, pertama tahap Pariyatti yakni tahap mempelajari Dhamma secara teoritis agar dapat memiliki pengertian, pemahaman untuk selanjutnya penghayatan. Tahap kedua adalah tahap Patipati yakni tahap mempraktekkan, mengamalkan Dhamma setelah mengerti dan memahami dhamma secara benar dan tahap ketiga adalah tahap Pativedha yakni tahap memetik hasil dari kebenaran Dhamma.” Terangnya. 

Terakhir Pandita Suwarno kelahiran Probolinggo mengutip Maha Parinibbana Sutta: "Ananda, ada kemungkinan bahwa beberapa di antara bhikkhu ini akan ada yang berpikir : 'Berakhirlah kata-kata Sang Guru, kita tak mempunyai seorang guru lagi' tetapi janganlah sampai terjadi anggapan demikian, karena apa yang telah Aku nyatakan dan ajarkan yaitu Dhamma itulah yang akan menjadi gurumu, apabila Aku sudah wafat."

Comments