Karimun (Humas) - Persiapan
yang matang adalah penting sekali sebelum perkawianan. Sebelum memutuskan untuk
menikah maka pihak pria dan wanita seharusnya melakukan saling pemantauan
terhadap pihak lainnya, untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada. Sehingga
kalau ada kekurangan di pihak lainnya yang tidak dapat ditolerir, masih dapat
dilakukan langkah mundur atau putus hubungan.
Demikian penjelasan Penyelenggara Buddha Kantor Kementerian
Agama Kabupaten Karimun Sudir, S. Pd saat menyampaikan materi tentang tentang Tatacara Perkawinan dan Upacara Perkawinan dalam Agama Buddha,
Selasa (8/12/2015) dalam kegiatan Pembekalan
Pra Nikah kepada Pemuda Buddhis.
“Apa yang harus dinilai dari
pihak wanita atau pria apabila tidak ada masalah dengan penampilan, umur, faktor
keturunan atau status sosial dari calon suaminya ? yang harus dilihat adalah keyakinan
agamanya, etika atau moral calon suami, pendidikannya dan kematangan emosionalnya.”
Jelasnya.
“Keyakinan pada agama
maksudnya sebaiknya suami istri mempunyai keyakinan yang sama, artinya
sama-sama beragama Buddha. Setelah keduanya beragama Buddha maka sepantasnya
keduanya memahami dan melaksanakan ajaran Sang Buddha dalam hidup sehari-hari,
sehingga diharapkan keluarganya akan berbahagia, itu yang disebutkan sebagai
perkawinan di dalam Dhamma. Setelah mempunyai keyakinan yang sama, maka
selanjutnya dianjurkan untuk memiliki sila yang setara, kemudian memiliki
kemurahan hati yang seimbang dan akhirnya keduanya memiliki kebijaksanaan yang
setara.” Tambahnya.
Dalam hal etika/moral jelas
Sudir lagi juga harus menjadi perhatian utama, karena tanpa moral manusia itu
seperti mobil tanpa rem. Alangkah baiknya apabila semua calon pengantin telah
menjadi Upasaka/upasika yang handal, yang selalu mentaati Pancasila Budhis dalam
kehidupan sehar-hari. Etika/moral tidak dibentuk dalam satu hari, namun
merupakan hasil kumulatif perkembangan kepribadian sejak masih dai dalam
kandungan. Apabila si pacar moralnya tidak baik lebih lebih baik mundur teratur, daripada sakit
hati dan lebih menderita di kedian hari. Moral akan mudah sekali rusak karena
keserakahan, kebencian dan kebodohan.
“Begitu juga dengan pendidikan
calon suami atau istri juga perlu menjadi pertimbangan karena pada zaman
sekarang ini sebaiknya pendidikan formal juga dijadikan ukuran dalam mencari
pasangan hidup, karena pada suatu saat kesenjangan pendidikan yang terlalu jauh
akan mempengaruhi kerukunan dalam keluarga. Pendidikan yang cukup tinggi akan
memudahkan seseorang menerima informasi dari manapun,sehingga tidak tertinggal
dalam menentukan sikap. Pendidikan yang baik misalnya, akan memudahkan seorang
janda untuk mencari kerja apabila keadaan memaksa.” Pesannya kepada peserta
pembinaan Pra Nikah.
Seorang wanita, lanjut Sudir
harus pandai mengurus rumah tangga sebelum memasuki jenjang perkawinan, kalau
tidak tahu ia harus belajar dari yang lebih tahu. Pengetahuan yang harus
dikuasai sangatlah bervariasi, mulai dari mengurus rumah, mengatur uang
belanja, belajar ke pasar, masak di dapur, cuci pakaian dan lain-lain.
“Kematangan emosional calon
suami dan istri juga harus diperhatikan karena hal ini menunjukan tingkat
kedewasaan seseorang. Seseorang wanita yang belum dewasa akan menuntut
perhatian yang berlebih dari suaminya, manja, udah tersinggung, keras kepala,
mau menang sendiri dan lain sebagainya. Seorang wanita yang matang emosinya
akan bersikap sabar dan mau menunggu dengan bijaksana apabila ada kemelut dalam
keluarga, ia akan berpikir panjang sekali sebelum mengambil keputusan.” Katanya
lagi.
Sudir juga berpesan agar
pekerjaan calon suami juga perlu jadi pertimbangan bagi wanita dalam memilih
calon suaminya, karena pekerjaan bagi laki-laki adalah sangat penting,
“Karena tidak ada wanita
yang mau menikah dengan seorang penganggur. Memang ada laki-laki anak seorang kaya
yang tidak tahu bagaimana harus bekerja dan mau kawin, dan ada juga wanita yang
mau kawin dengan laki-laki seperti itu. Jenis pekerjaan yang ditekuni juga
harus sesuai dengan ajaran Sang Buddha, yaitu tidak termasuk jenis mata
pencarian yang harus dihindari atau dilarang dalam agama Buddha.” Katanya.
Selanjutnya yang perlu
dilihat adalah sikap tanggung jawab
calon suami. Karena hal ini merupakan bagian dari kepribadian seseorang
laki-laki yang dipupuk sejak kecil, tidak dibentuk secara mendadak.
“Memang ada seorang
laki-laki yang tampaknya penuh tanggung jawab, meskipun di lain saat ia akan
berubah menjadi pengecut yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menjadi penting karena
beban seorang laki-laki yang menjadi kepala keluarga semakin hari semakin berat,
tuntunan semakin bervariasi.” Jelasnya.
Dan yang terakhir yang perlu
dipertimbangan sebelum memilih calon
suami atau istri adalah memiliki kebijaksanaan, pengertian yang benar mengenai
Buddha Dhamma dan selalu mengendalikan pikiran adalah hal yang terpuji, namun
ini merupakan hal yang sangat sukar dan langka. Usaha yang sungguh-sungguh
untuk memiliki kebijaksanaan dalam hidup ini adalah sangat menguntungkan hidup
selanjutnya di masa ini dan di masa yang akan datang.
“Dengan memiliki
kebijaksanaan ajaran Buddha maka segala keputusan yang diambil bukan karena
suka atau tidak suka, bukan karena ikit-ikutan orang lain, bukan karena takut
tidak disukai oleh seseorang, namun karena baik untuk semua pihak di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang. Sampai disini maka sudah jelas untuk
memasuki hidup perkawinan tudaklah mudah dan sederhana. Sesuatu yang tampak
indah dari kejauhan belum tentu indah setelah didekati.” Pungkas Sudir.
Selanjutnya Penyelenggara
Buddha Sudir menyimpulkan bahwa bagi seorang laki-laki yang ingin menjadi suami
sebaiknya telah memenuhi kondisi 1. Mempunyai identitas sebagai laki-laki, 2.Dapat
memberi kasih sayang kepada seorang wanita, 3. Dapat mempercayai calon istrinya,
4.Mempunyai integritas kepribadian yang matang, 5.Mempunyai kepribadian yang
matang, 6.Mempunyai mental dan fisik yang sehat, 7.Mempunyai mata pencarian
yang benar, 8. Bersedia membagi kebahagiaan dengan calon istri dan 9. Siap
menjadi ayah yang bertanggung jawab.
“Dan bagi seorang wanita
harus memenuhi kondisi 1. Mempunyai identitas sebagai wanita, 2. Dapat
memberikan kasih sayang kepada seorang pria. 3. Dapat mempercayai calon
suaminya. 4. Mempunyai integritas kepribadian yang matang, 5. Mempunyai mental
dan fisik yang sehat. 6. Bersedia mengabdikan diri kepada calon suami, 7. Bersedia
menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan suami dan 8.Siap menjadi ibu yang
bijaksana.
Comments
Post a Comment